Ads 468x60px

Labels

Senin, 02 April 2012

Terjebak Cinta di Sarang Laba laba

Oleh Adnan Widodo
Tersandung cinta adalah hal yang wajar bagi para pemuda dan pemudi zaman sekarang. Begitu pun dengan mas Halim, seorang teman satu angkatan denganku saat menuntut ilmu di Timur Tengah. Ia berkali kali jatuh cinta, bahkan sempat berpacaran dengan perempuan perempuan  yang pernah dicintainya saat ia masih duduk di bangku sekolah milik Pesantren yang ia huni. Saat berangakat ke Timur Tengah, ia tinggalkan semua cinta dan kenagan kenangan masa lalunya demi menggapai cita citanya yang luhur.

Saat sampai di Timur Tengah,—tepatnya di negara Yaman, negara yang masih sangat kental dengan nilai nilai keagamaan dan  kebudayaan,—kebetulan mas Halim bertetangga kamar denganku. Ia orang yang rajin. Setiap mata kuliah ia tekuni, terutama mata kuliah-mata kuliah yang ia rasa belum mampu. Setelah beberapa bulan, akhirnya kami semakin dekat dan akrab, bahkan penghuni kamarnya dan penghuni kamarku pun  melebur menjadi satu layaknya teman teman satu kamar. Ia sering main di kamarku, begitu pun sebaliknya. Pada suatu hari ia main saat aku tidur tiduran santai di pojok kamar sambil bermain handphone, "San, setiap ana liat antum kok mojoook terus,  chatingan lagi, fesbukan lagi!", tegurnya sambil merebahkan tubuh di sampingku. "Ya beginilah, mas, konsekuensinya jika menuntut ilmu masih meninggalkan cinta dan calon istri di Tanah Air, berbeda dengan antum", jawabku menimpali.  Rupanya, diam diam jawabanku tadi mengingatkan ia terhadap mantan mantan pacarnya dan handphone yang ia tinggalkan di Tanah Air, Nokia 5800 Express Music, HP tingkat elite saat itu. Dulu HP tersebut dia gunakan untuk berkomunikasi dengan mantan mancan pacarnya, dan dengan HP tersebut juga, ia sering bermain main di sarang laba laba (orang Arab menyebutnya dengan Antarnet atau Syabakah Angkabûtiyah), terutama Facebook yang baru baru dikenal oleh pemuda Tanah Air saat itu.

"San, besok temenin ana ke Syarij ya?", ajak mas Halim memintaku menemaninya ke sebuah pusat perkotaan di Mukalla City, Ibu Kota Hadramaut Yaman. "Ngapain, mas?", timpalku. Sambil tersenyum ia melanjutkan, "Emmmm..Mau nyari Nokia 5800. Entar antum yang nawar ya, antum kan lancar bahasa Arabnya!". "oke, mas, beres! Yang penting Math'am deket Masjid tuh..Brust, brust", sambil mengetipkan satu mata, aku merayu memintanya mentraktrir fried chicken. "Beresss!", sambil tersenyum, ia meninggalkan kamarku.
Keesokan harinya aku dan dia pergi ke Markaz Jawwalat (Konter HP) di Syarij. Jaraknya sekitar 20 menitan dengan kendaraan umum dari tempat tinggal kami. Setelah HP tersebut jadi dibeli, ia mulai aktif mengoperasikan kembali akun akun Internet yang ia miliki, walaupun sebelumnya ia pun sempat beberapa kali membuka akun akun tersebut di warnet terdekat. Saat ia  membuka akun Facebook di HP barunya tadi, tiba tiba ada seorang Facebooker cantik yang meng-addnya, ia pun dengan tangan seribu langsung mengkonfirmasi permintaan pertemanan si cantik tadi. "San, tadi ada cewek cakep nge-add ana di Facebook, namanya Mina Lestari", cerita mas Halim memulai curhat, "Rugi lah, jika ada cewek secakep itu gak di konfirmasi", lanjutnya. "Betul!, itu namaya nemu banget, mas, biasanya, kan cowo yang  nyari nyari dan nge-add cewek cewek cantik", jawabku membesarkan hatinya. Yang lebih menarik begini San, ia langsung kirim pesan. Isinya kayak gini "Makasih, mas! Seneng banget rasanya udah di konfirmasi sama antum"'. Ana kaget, San, bingung, mau balas apa gitu? Akhirnya ana bales begini "Maaf, ini siapa ya? Ah ! Massa sih?!". Eh, selang beberapa menit, dia langsung bales lagi, San, rupanya dia sedang Online tuh. Kali ini balasannya membuatku sangat kaget dan bertanya tanya, dia bilang "Dulu, ada seorang santri putra yang mondok di desaku, Desa Bendo Kab. Brubus. Aku sering liat dia dari kejauhan saat ia berangkat dan pulang sekolah. Lama lama aku jadi tertarik sama dia, tapi setelah aku cari tahu tentang dia, ternyata dia sudah punya pacar. Tapi walaupun begitu, diam diam aku tetap memperhatikan dia setiap hari, hingga akhirnya dia lulus sekolah dan meninggalkan desaku. Setelah itu aku sudah gak tau lagi kabar tentang dia. Yang kutahu, setelah ia lulus ia sudah putus dengan pacarnya". Setelah itu ana udah gak bales lagi, San.

Tapi keesokan harinya dia kirim pesan lagi "Kenapa pesanku gak di bales, mas?! Jujur, sebelum aku nge-add mas, Facebook mas selalu muncul di Usulan Pertemananku. Dipandang pandang foto mas mirip dengan santri putra yang aku ceritakan kemarin, tapi aku terus menepis perasaan teresebut, mas!. Tiap malam aku Sholat Istikharah meminta petunjuk-Nya, "Ya Allah, jika memang dia lelaki itu dan jika memang dia jodohku, maka peretemukanlah kami dalam indahnya ridha-Mu". Berkali kali setelah aku Sholat Isthikarah, pasti aku membuka Facebook, namun hanya nama Facebook mas Halim yang tidak pernah hilang di Usulan Perteman. Akhirnya aku putuskan untuk meng-aad mas. Itu sebabnya aku seneeeng banget ketika di Pemberitahuan Facebookku ada tulisan 'Halim Powder menerima permintaan pertemanan anda', makasih ya, Mas?!". Hatiku bergetar gak karuan, San!, akhirnya ana cepat cepat ke warnet dan mengaktifkan Facebook untuk melihat lihat foto dan informasi lengkapnya, tapi ternyata dia sedang Online, "Assalamu'alaikum!" dia memulai mengajak chating. Akhirnya kami terhanyut dalam obrolan di sarang laba laba tersebut. Tiba tiba dalam benak ana terbesit "Udah, Lim, tembak saja, sepertinya dia sudah terperangkap dalam sarang laba laba cintamu. Dia tak mungkin bisa menolakmu jika kau katakan cinta". Rupanya penyakitku yang satu ini kambuh lagi. Akhirnya sambil melamun, tak sengaja kuketikkan kata kata cinta di kotak chatingan "Ukhut Mina, sungguh! betapa bahagianya laki laki yang dapat memilikimu, uhibbuki :-) .. " , tiba tiba ada suara motor ngebut di luar sana "ngengngng!.., ngengng!.." dan ana pun terperanjat dan tak sengaja tangan ana menekat tombol Enter, "Yaaaah, chatingannya terkirim". Sebelum ana meralat kata kata tadi dan minta maaf, ternyata dia sudah mengirim balasannya "Ah! Mas bisa aja, wanita mana pun pasti bahagia mendengar kata kata mas tadi, saya juga Uhibbuki, mas, :-) ". Hahaha..rupaya dia gugup atau gak ngerti bahasa arab kali ya?, masa ana kok di bilangnya 'Uhibbuki'  benernya kan 'Uhibbuka'. Akhirnya kami jadian, San. Sambil tersenyum bahagia, mas Halim mengakhiri ceritanya.

"Mas! massa cinta segampang itu sih. Mas kok gampang percaya banget sama cewek yang baru kenal gitu!, belum pernah ketemu lagi!", "Ya, ana juga masih setengah setengah, San!", sahutnya menimpali. "Saya aja dulu, waktu nembak cewek yang sekarang udah saya pinang, sampe nunggu jawaban satu bulan, mas! diterimanya juga hanya dengan kata kata kinayah dari dia lewat sms. Waktu itu saya main ke rumahnya untuk menanyakan cinta kembali setelah menunggu satu bulan. Tapi tetap, dia hanya diam seribu bahasa "Tashmutu Shomta alfa lughah". Waktu aku pulang wajahnya sedikit murung, aku tau sepertinya dia juga memendam rasa, ya sudahlah, mungkin dia belum siap menerimaku saat ini atau selamanya. Tapi,—Alhamdulillah—setelah saya pulang, baru dia kirim sms dengan kata kata kinayah bahwa dia juga suka sama saya, mas!".

Akhirnya asmara antara mereka berjalan berbulan bulan di dalam dunia maya, walaupun mas Halim hanya setengah setengah dan cuma main main awalnya, tapi karena rayuan dan kelembutan wanita tersebut, ia menjadi benar benar cinta dan sayang padanya melebihi rasa sayangnya terhadap mantan pacar pacarnya dulu. Kini  mereka sering webcaman dan calling lewat Yahoo! Messenger, saling bertukar foto, bahkan orang tua perempuannya pun sudah tahu hubungan di antara mereka.

Suatu hari, tiba tiba mas Halim menghampiri aku dan Umum, teman sekamarku. Mas Halim sepertinya ada masalah, "Menurut antum, perempuan yang suka mengupload foto di Facebook itu gimana, San?!". "Bahaya! kurang bagus, mas!, coba mas bayangkan, Facebook itu siapapun bisa mengaksesnya, apa lagi jika sudah berteman, setiap saat foto foto perempaun tersebut bisa ditonton orang banyak, bahkan mereka bisa mendownload dan menyimpannya dalam Hp. Atau mungkin bisa lebih parah dari itu, misalkan foto perempuan tersebut mereka edit dan dibuat telanjang dengan menggunakan Photoshop lalu disebarkan di Internet, atau perempuan tersebut mereka  pelet menggunakan fotonya. Zaman sekarang kan semua mungkin saja terjadi, mas!, nah! jika hal tersebut terjadi pada perempuan antum, gimana?? Cemburu dalam hal ini wajib, mas!". "apa lagi perempuan tadi gak pake kerudung, atau pakaiannya ketat mengundang syahwat?!", kata Umum yang dari tadi sepertinya ingin andil juga. "Betul, San!, Mum!, ana juga udah bilang sama dia kayak gitu", dengan nada sedikit emosi mas Halim menyelingi ucapanku. "Makanya, mas! saya suruh calon istri  saya untuk memprivasi semua albumnya yang ada di Facebook. Pacar atau Tunangan yang akan jadi istri kita  bukan tontonan orang, mas!".   

Sesudah 'Iedul Fitri, si Mina, pacar maya mas Halim tadi menelpon, dan pak Raden, orang tuanya ada di sampingnya. "Mas Halim! Kayaknya mas Halim dengan puteri saya kelihatannya semakin dekat aja, ngomong ngomong kapan yah orang tua mas Halim main kesini?", mas Halim kebingungan mendengar ucapan pak Raden tadi. Selang beberapa hari kemudian,  akhirnya mas Halim muntukemberanikan diri  menelpon orang tuanya untuk meminta izin  dan meminta orang tuanya meminang Mina, tapi pendapat orang tuanya  berbeda dengan harapannya "Udah, Lim! Lulusin aja dulu kuliah kamu, belajar yang bener, masalah gituan mah bisa diataur setelah kamu udah dapet gelar BSC dari Al Ahgaff University".

Akhirnya mas Halim membicarakan hal tersebut kepada Mina, "Dik, kalau adik mau nikah duluan gak apa apa, mas Halim Ikhlas". Dia mengatakan demikian karena adik si Mina mau menikah, sedangkan adat masyarakat di situ, adik perempuan tidak boleh melangkahi kakaknya yang perempuan. Sebagai bapak yang bijaksana, pak Raden mengambil jalan tengah, ia tidak keberatan jika adiknya Mina menikah duluan, asalkan Mina sudah ada yang meminag. Namun 'apalah hendak dikata, maksud hati memeluk gunung, tapi tangan tak sampai', orang tua mas Halim belum memberi restu. "aku akan selalu setia menunggumu, mas!, walaupn adik perempuanku yang masih di bangku SD pun telah menikah mendahuluiku. Aku tak bisa hidup tanpamu, mas!", kata Mina waktu menelpon mas Halim waktu itu.

Setelah lama mas Halim merayu orang tuanya, akhirnya ia mendapatkan restu juga. Namun masalahnya tak semudah membalikkan telapak tangan, pak Raden mempunyai seorang laki laki yang menjadi alternatif kedua setelah mas Halim, rencananya ia akan melamar Mina minggu depan.  Akhirnya Mina menceritakan itu semua dan mas Halim pun segera memberitahukan kabar gembira kepada orang tua Mina, bahwa orang tua Mas Halim telah merestui. Namun pak Raden yang tegas sudah kukuh untuk memilih lelaki yang kedua karena menurutnya lebih jelas. "Maaf, mas!, dalam hal ini aku tidak bisa membantah orang tua, walaupun keputusan semuanya ada padaku, tapi betapa malunya orang tuaku nanti jika menolak lamarannya", begitulah keputusan akhir Mina sambil menangis dalam telepon. Mas Halim pun mengerti semua itu adalah kesalahnnya. Namun jika ia teringat janji janji manis Mina, saat itu pula rasa sakit yang mendalam ia rasakan, apa lagi selama ini pelajaran dan waktunya banyak tersita oleh cinta.

"Sudah lah, mas!, namanya juga cinta yang ketemu di sarang laba laba, ketika ada angin yang bertiup walaupun tidak terlalu kencang, cinta itu akan mudah rusak seperti halnya sarang laba laba yang tertiup angin tadi, kecuali sarang laba labanya terbuat dari rantai kapal yang kuat. Sabar ya, mas!, mungkin Mina bukan jodoh mas, mudah mudahan Allah segera memberi ganti yang lebih baik. ", ucapku menenangkan hati mas Halim. "Aamiin, makasih ya kang Assan, antum memang sahabat yang baik". Baru kali ini aku dengar mas Halim memanggilku 'Kang'.

Selesai.

Hadramaut, 01-04-2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar