Ads 468x60px

Labels

Rabu, 15 Februari 2012

Antara Perayaan Valentine's Day dan Maulid Nabi

Oleh; Adnan Widodo*


Perayaan Hari Valentine dan Maulid Nabi merupakan dua tradisi yang akhir akhir ini sering bertepatan dalam satu bulan yang sama dan keduanya pun belum pernah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebelum masuknya Agama Islam. Setelah Islam masuk dan dipeluk oleh mayoritas masyarakat Indonesia, Perayaan Maulid Nabi sudah tidak asing lagi di kalanagan Umat Islam Indonesia, bahkan sebagian mereka sudah menganggapnya sebagai budaya dan tradisi mereka sendiri, sebagian mereka juga ada yang mengekspresikannya dengan upacara dan ritual yang sudah mereka kenal; karena dengan merayakan Maulid Nabi mereka bisa mengenang dan menteladani aktor utama yang memperjuangkan agama yang mereka yakini, yaitu Nabi Muhammad Shallallâh 'alaihi wa sallam, dan dengan maulid mereka bisa mengekspresikan kegembiraan dan rasa syukur mereka atas rahmat Tuhan yang telah mengutus Nabi Muhammad Shallallâh 'alaihi wa sallam.


Sedangkan perayaan Hari Valentine merupakan tradisi umat Kristen yang baru kemarin masuk ke dalam Negara Indonesia, namun ia mempunyai pengaruh yang lebih dibandingkan dengan perayaan Maulid Nabi, mengapa demikian? karena yang merayakan hari tersebut bukan hanya Umat Kristen saja, tetapi selain Umat Kristen juga ada yang merayakannya, termasuk sebagian Umat Islam yang tidak menyadari arti eksistensinya sebagai seorang Muslim.

Akhir akhir ini, kata Valentine Day's (Hari Valentine) sudah bukan hal yang asing lagi di telinga kita. Entah siapa yang pertama kali menyelundupkannya ke Negeri tercinta ini, apakah imbas dari Globalisasi melalui medianya yang semakin hari semakin melebarkan sayap, ataukah karena kelengahan kita sebagai anak bangsa yang selama ini—tanpa disadari —selalu menerima dan mempersilahkan tradisi tradisi asing masuk tanpa disaring terlebih dahulu?


Sejarah Hari Valentine


Dalam Wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.


Valentine adalah Hari Raya Gereja


Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir([1]) atau santo (orang suci) yang berbeda:
Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.


Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.


Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa  yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.


Sejarah Perayaan Maulid Nabi


Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa yang pertama kali menggelar perayaan maulid adalah para Khalifah dinasti Fathimiyah di Kairo pada abad ke 4 hijiriyah, mereka mengadakan enam perayaan maulid (ulang tahun), yaitu Maulid Nabi, Maulid Imam Ali, Maulid Siti Fathimah, Mulid Hasan dan Husen dan Maulid Khalifah yang sedang berkuasa. Perayaan tersebut terus berlanjut pada tahun tahun berikutnya hingga dibubarkan oleh Al-Afdhal bin Amir Al-Juyusy. Kemudian setelah terlupakan dari ingatan masyarakat, perayaan tersebut kembali diselenggarakan pada kepemimpinan Khalifah Al-Hakim pda tahun 524 H.
Dan ada pendapat lain yang menyatakan bahwa yang pertama kali menyelenggarakan perayaan Maulid Nabi adalah Al-Malik Al-Mudzaffar Abu Sa'id pada abad ke 7 hijiriyah di kota Irbil,([3])Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad Shallallâh 'alaihi wa sallam, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.
Dari kedua sisi historis tadi, kiranya sudah cukup mampu membuka mata dan fikiran kita dalam membedakan mana yang lebih faktual asal usulnya dan mana yang lebih benar tujuannya, siapa yang mereka peringati dalam perayaan Valentine dan siapa yang kita teladani dalam perayaan Maulid Nabi?

Polemik polemik yang diselundupkan melalui Valentine Day's


·        Mereka menyebutnya dengan nama Hari Kasih Sayang dan mereka berusaha menjustifikasikan istilah tersebut dengan menyebarkannya melalui media media yang mereka punya. Terutama  kepada para pemuda dan pemudi yang sedang dilanda asmara, dan meyakinkan mereka bahwa hari tersebut adalah momen yang paling tepat untuk mengekspresikan asmara tersebut dengan semau hati mereka. Dalam kontek ini  perzinahan pun—yang menurut Islam adalah termasuk fawâhisy atau dosa besar yang sangsinya sangat berat—mereka mencoba untuk melegalkannya atas dasar kasih sayang tersebut. Astaghfirullâhal 'adzîm, kalau begitu bukankah hari tersebut—jka dirayakan­—adalah hari kedurhakaan dan hari dekadensi moral?.
·        Di hari tersebut banyak sekali orang-orang yang menyatakan cintanya, baik kepada lawan jenis atau sesama jenis. Bukankah itu hal yang bagus?. Ungkapan tersebut ingin mengelabuhi kita agar kita tidak tahu bahwa hal tersebut juga diajarkan oleh agama Islam. Dalam hal ini nabi pun pernah bersabda " Jika salah satu dari kalian mencintai saudaranya, maka hendaklah ia memberitahukan hal tersebut kepadanya ". HR. Al-Tirmidzi dan Ahmad. dan hal tersebut langsung dipraktekkan oleh Beliau sendiri ketika hendak berwasiat kepada Shahabat Mu'ad, Beliau berkata " Wahai Mu'ad, demi Allah, sungguh aku mencintai kamu. Demi Allah, sungguh aku mencintai kamu…  ". ungkapan kata cinta tersebut tidak sembaramgan diucapkan kepada siapa saja, tetapi ia mempunayai syarat syarat dan ketentuan, diantaranya adalah objek dari ungkapan tersebut adalah orang Islam, sesama jenis baik secara khusus atau umum, lain jenis secara umum atau yang mempunyai ikatan kerabat dan secara khusus jika berniat menjalin ikatan keluarga dengannya saat Khitbah (lamaran), sebelum atau sesudahnya.
·        Pada hari tersebut banyak sekali hadiah hadiah yang dibingkiskan, yang mendapatkannya pasti merasa bahagia. Bukankah membuat orang bahagia itu adalah sebuah kebaikan? Jawabannya " ya, betul ", tapi bukankah Islam juga mengajarkan hal demikian?, bahkan Islam tidak pernah membatasinya pada hari tertentu dan terhadap orang tertentu. Nabi bersabda : ” Saling memberi hadiahlah di antara kalian, maka kalian akan saling mencintai ", dan " Saling berhadiahlah di antara kalian; karena sesungguhnya hadiah itu dapat menghilangkan rasa dendam dalam hati…". HR. Abu Hurairah ra.
Selain tiga polemik tadi masih banyak lagi polemik polemik yang diselundupkan untuk meyakinkan bahwa perayaan hari Valentine tersebut adalah tradisi atau budaya yang bisa dan layak diterima di Negeri tercinta ini.

Penutup

Perayaan Maulid Nabi dan hari Valentine adalah kedua syi'ar khas bagi kedua agama yang berbeda, dengan menyelenggarakan perayaan tersebut maka secara otomatis bisa terlihat jelas siapa yang merayakannya. Maulid Nabi dirayakan oleh umat Islam dan hari Valentine dirayakan oleh umat kristen, jika ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan hari Valentine maka ia seperti umat Kristen dalam hal tersebut, sedangkan menyamai mereka dalam syi'ar khasnya adalah termasuk hal yang dilarang agama, bahkan mendapat klaim bahwa ia termasuk dari golongan mereka. Nabi bersabda : " Barang siapa yang menyamakan dirinya dengan suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut ". HR.Abu Dawud.


Dipandang dari sudut historis dari kedua perayaan tersebut, bisa disimpulkan bahwa tujuan Maulid Nabi adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad Shallallâh 'alaihi wa sallam agar bisa menteladani akhlak atau moral Beliau yang mulia dan meningkatkan semangat juang kaum muslimin. Sedangkan perayaan hari Valentine mempunyai tujuan yang kontradiktif dengan tujuan Maulid Nabi, yaitu membuat umat Islam menjadi lupa dengan Nabi Muhammad dan membuat bobrok akhlak dan melemahkan semangat juang mereka.

* Tulisan ini telah dimuat di Kolom Nu Online : Antara Perayaan Valentine's Day dan Maulid Nabi



1- Martir : Orang yg rela menderita atau mati dp menyerah krn mempertahankan agama atau kepercayaan atau orang yg mati dl memperjuangkan kebenaran agama. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

[2]- Uskup : rohaniwan Katolik, Anglikan, Lutheran, atau Yunani Ortodoks yg kedudukannya lebih tinggi dp imam, yg mempunyai hak memberi sakramen penguatan dan menahbiskan imam, dan yg bertugas mengorganisasi pekerjaan dan tugas gereja dl wilayah tertentu; biskop. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

[3]- Muhammad Al-Ghazali (bukan Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali), Laisa Min Al-Islâm hal. 252.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar